Jumat, 27 November 2015

Karena menulis adalah mukjizat dan membaca adalah penyelarasnya

Tema: Kenapa saya harus menulis?
  
 Kenapa saya harus menulis? Karena menulis adalah sebuah mukjizat yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia. Mukjizat ini haruslah digunakan dengan sebenar-benarnya dan sejelas-jelasnya. Karena itulah yang menuntun dan menguatkan niat saya untuk tetap menulis.
  
 Mukjizat yang saya maksudkan bukanlah mukjizat seperti yang dimiliki oleh para Rasul. Mukjizat para Rosul sangat luar biasa dan logika manusia tak akan mampu mencernanya. Keajaiban mukjizat tersebut berada di atas segalanya, yang bisa kita sebut sebagai "Ilmu Tuhan". Jika manusia memaksakan diri untuk mendalami hal itu, tak jarang orang-orang tersebut mudah tersesat. Maka "Keimanan" lah yang mampu melapisi keterbatasan alam pikiran manusia.
  
 Dengan menulis, kita dapat merobohkan tembok-tembok penghalang yang membelenggu jiwa.  Tembok-tembok penghalang itu bisa berupa permasalahan, kejanggalan, keraguan, dilema, pikiran negatif dan hal-hal yang merugikan diri sendiri. Saya lebih sering menuliskan tulisan-tulisan untuk menciptakan jalan keluar dari berbagai permasalahan tersebut. Dan dengan menuliskan suatu analisis dari berbagai sudut pandang, sedikit demi sedikit beban itu akan binasa walau masih menyisakan rasa.
  
 Tulislah tujuan hidup kita, agar arus kehidupan yang kita pacu semakin terarah. Kemana kita mau melangkah? Jika kita tak mempunyai tujuan bahkan bingung dengan tujuan diri sendiri, maka sesuatu yang tidak diinginkan akan menampakkan diri dan menimbulkan penyesalan pada akhirnya. Menuliskan tujuan yang kita inginkan itu amatlah penting. Mari Menulis!!!
  
 Menulis adalah mukjizat karena suatu tulisan yang tercipta akan berdampak berbagai macam reaksi bagi para pembacanya. Ada yang menerimanya dengan positif dan takjub, ada juga yang menerimanya secara negatif. Itulah konsekuensi yang harus ditanggung seorang penulis.

"Kelahiran sebuah tulisan merupakan penjelmaan yang bersarang dalam alam pikiran yang terbalut bantuan hati nurani."
  
 Mulanya, ketika hendak menulis, terkadang penulis amat sulit untuk segera mengalirkan tulisan. Padahal alam pikiran telah mengisyarakatkan untuk lekas mengeksekusi ide yang bersarang di dalamnya. Hal itu terjadi karena kita terlalu banyak memilih kata-kata yang berkeliaran dalam nalar. Mana yang pantas untuk dituliskan sebagai kata pembuka dan mana yang tidak. Itulah sebabnya kita sulit untuk memulai.
  
 Bisa karena terbiasa, ungkapan itu yang akan menyelaraskan seorang penulis supaya giat menorehkan pena di atas lembaran kertas yang menunggu untuk dihiasi. Terus berlatih dan berlatih, belajar dan belajar. Pada suatu saat seorang penulis akan menemukan dirinya banyak perubahan. Tentunya perubahan yang positif, semuanya jadi terukur dan terarah.
  
 Menulis bagi saya banyak memberikan manfaat dan harapan baru. Penulis tidak semata-semata menulis untuk dirinya sendiri. Pastilah ada pesan tertentu untuk mengajak pembacanya ikut berbaur dalam suatu kajian yang ditulis oleh seorang penulis tersebut. Penulis juga menginginkan dan berharap semoga pembacanya bisa meraup manfaat dari tulisannya.

 Jangan lupa dengan membaca! Karena membaca adalah penyelaras yang akan menguatkan mukjizat kita dalam menulis, agar tulisan kita bisa berkembang dan berkembang.
  
 Saya sadar bahwa hidup di dunia ini tidaklah lama. Namun tak rugikah kita, jika waktu yang sedikit ini dihabiskan dengan bacaan atau artikel yang kurang penting, bahkan tak mendatangkan manfaat bagi kehidupan yang sedang kita jalani.

 Jika kita membaca sebuah buku, ilmu baru datang silih berganti. Seiring dengan berpacunya waktu, kita menemukan diri kita itu bodoh dan angkuh karena kurangnya mengontrol diri. Lemah akan pengetahuan dikarenakan kurangnya membaca buku. Semakin kita banyak membaca, semakin hauslah kita untuk menekuninya.

 Setelah mengetahui bahwa diri kita kurang akan ilmu pengetahuan, barulah diri kita tersadarkan oleh berubahnya sikap. Kita pun menjadi lebih memahami, apa yang semestinya diprioritaskan dan mengesampingkan apa-apa yang tidak terlalu penting.
  
 Perbanyaklah membaca buku yang kaya akan pengetahuan dan manfaat. Selagi tak merugikan orang lain dan alam sekitar. Tidak ada salahnya untuk kita mengamalkannya.

 "Haus akan membaca karena merasa kurangnya ilmu lebih bijak daripada haus akan sesuatu berbau keduniaan yang sudah jelas tak akan mendatangkan kepuasan."
  
 Perlu kita ketahui bahwa "Buku adalah gudang ilmu" itu akan kehilangan esensinya. Ketika apa yang kita baca hanya buku-buku tentang drama cinta-cintaan yang dangkal dan terkesan kehabisan akal. Hal itu hanya akan mempersulit kita untuk mencerna buku-buku yang lebih berbobot, bermanfaat dan kaya akan pengetahuan!
------------------------------------------------------------------------------------
Menulislah dengan jiwa yang tenang.
Menulislah ketika suara tak lagi didengar.
Menulislah disaat sang jiwa merasakan kejanggalan dan keadaan yang tak tentu arah.
Menulislah jika kita masih diberi kesempatan untuk hidup.
Menulislah dengan niat kesatria dan tebarkan banyak manfaat.
Menulislah untuk dunia yang akan kita tinggalkan.
Dengan menulis, manusia baru setelah kita dapat memanifestasikan diri kita dari sebuah tulisan yang dulu kita buat.
Menulis adalah tindakan peninggalan jejak. Bahwa kita pernah ada di dunia.
Dengan menulis sejarah perjalanan hidup, kita tak kan tenggelam dan terlupakan.
Menulislah ketika hati dan pikiran sedang berdamai.
Menulis adalah mukjizat. Jangan sia-siakan pemberian-Nya. Karena ini adalah salah satu karunia dari berbagai macam karunia yang sudah pantas untuk kita manfaatkan dan syukuri.
Maka, menulislah! sebelum ajal menghampiri.
"Bukankah kita merindukan revolusi besar dan perubahan yang benar-benar membuat semesta tersenyum damai"

Bandung, 13 November 2015

-Shoffan Banany-

3 komentar:

  1. Menginspirasi, menulis adalah mengeluarkan luapan. Luapan emosi, ide, pencerahan, ilmu, pengetahuan bahkan ketidaktahuan.

    BalasHapus
  2. Menginspirasi, menulis adalah mengeluarkan luapan. Luapan emosi, ide, pencerahan, ilmu, pengetahuan bahkan ketidaktahuan.

    BalasHapus
  3. Satuju umi, hehe.. Terima rima kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca.

    BalasHapus