Tema: Kenapa saya harus menulis?
Kenapa saya harus menulis? Karena menulis adalah sebuah mukjizat yang
dikaruniakan Tuhan kepada manusia. Mukjizat ini haruslah digunakan
dengan sebenar-benarnya dan sejelas-jelasnya. Karena itulah yang
menuntun dan menguatkan niat saya untuk tetap menulis.
Mukjizat yang saya maksudkan bukanlah mukjizat seperti yang dimiliki
oleh para Rasul. Mukjizat para Rosul sangat luar biasa dan logika
manusia tak akan mampu mencernanya. Keajaiban mukjizat tersebut berada
di atas segalanya, yang bisa kita sebut sebagai "Ilmu Tuhan". Jika
manusia memaksakan diri untuk mendalami hal itu, tak jarang orang-orang
tersebut mudah tersesat. Maka "Keimanan" lah yang mampu melapisi
keterbatasan alam pikiran manusia.
Dengan menulis, kita dapat merobohkan tembok-tembok penghalang yang
membelenggu jiwa. Tembok-tembok penghalang itu bisa berupa
permasalahan, kejanggalan, keraguan, dilema, pikiran negatif dan hal-hal
yang merugikan diri sendiri. Saya lebih sering menuliskan
tulisan-tulisan untuk menciptakan jalan keluar dari berbagai
permasalahan tersebut. Dan dengan menuliskan suatu analisis dari
berbagai sudut pandang, sedikit demi sedikit beban itu akan binasa walau
masih menyisakan rasa.
Tulislah tujuan
hidup kita, agar arus kehidupan yang kita pacu semakin terarah. Kemana
kita mau melangkah? Jika kita tak mempunyai tujuan bahkan bingung dengan
tujuan diri sendiri, maka sesuatu yang tidak diinginkan akan
menampakkan diri dan menimbulkan penyesalan pada akhirnya. Menuliskan
tujuan yang kita inginkan itu amatlah penting. Mari Menulis!!!
Menulis adalah mukjizat karena suatu tulisan yang tercipta akan
berdampak berbagai macam reaksi bagi para pembacanya. Ada yang
menerimanya dengan positif dan takjub, ada juga yang menerimanya secara
negatif. Itulah konsekuensi yang harus ditanggung seorang penulis.
"Kelahiran sebuah tulisan merupakan penjelmaan yang bersarang dalam alam pikiran yang terbalut bantuan hati nurani."
Mulanya, ketika hendak menulis, terkadang penulis amat sulit untuk segera mengalirkan tulisan. Padahal alam pikiran telah
mengisyarakatkan untuk lekas mengeksekusi ide yang bersarang di
dalamnya. Hal itu terjadi karena kita terlalu banyak memilih kata-kata
yang berkeliaran dalam nalar. Mana yang pantas untuk dituliskan sebagai
kata pembuka dan mana yang tidak. Itulah sebabnya kita sulit untuk
memulai.
Bisa karena terbiasa, ungkapan
itu yang akan menyelaraskan seorang penulis supaya giat menorehkan pena
di atas lembaran kertas yang menunggu untuk dihiasi. Terus berlatih dan
berlatih, belajar dan belajar. Pada suatu saat seorang penulis akan
menemukan dirinya banyak perubahan. Tentunya perubahan yang positif,
semuanya jadi terukur dan terarah.
Menulis bagi saya banyak memberikan manfaat dan harapan baru. Penulis
tidak semata-semata menulis untuk dirinya sendiri. Pastilah ada pesan
tertentu untuk mengajak pembacanya ikut berbaur dalam suatu kajian yang
ditulis oleh seorang penulis tersebut. Penulis juga menginginkan dan
berharap semoga pembacanya bisa meraup manfaat dari tulisannya.
Jangan
lupa dengan membaca! Karena membaca adalah penyelaras yang akan
menguatkan mukjizat kita dalam menulis, agar tulisan kita bisa
berkembang dan berkembang.
Saya sadar
bahwa hidup di dunia ini tidaklah lama. Namun tak rugikah kita, jika
waktu yang sedikit ini dihabiskan dengan bacaan atau artikel yang kurang
penting, bahkan tak mendatangkan manfaat bagi kehidupan yang sedang
kita jalani.
Jika kita membaca sebuah
buku, ilmu baru datang silih berganti. Seiring dengan berpacunya waktu,
kita menemukan diri kita itu bodoh dan angkuh karena kurangnya
mengontrol diri. Lemah akan pengetahuan dikarenakan kurangnya membaca
buku. Semakin kita banyak membaca, semakin hauslah kita untuk
menekuninya.
Setelah mengetahui bahwa
diri kita kurang akan ilmu pengetahuan, barulah diri kita tersadarkan
oleh berubahnya sikap. Kita pun menjadi lebih memahami, apa yang
semestinya diprioritaskan dan mengesampingkan apa-apa yang tidak terlalu
penting.
Perbanyaklah membaca buku yang
kaya akan pengetahuan dan manfaat. Selagi tak merugikan orang lain dan
alam sekitar. Tidak ada salahnya untuk kita mengamalkannya.
"Haus
akan membaca karena merasa kurangnya ilmu lebih bijak daripada haus
akan sesuatu berbau keduniaan yang sudah jelas tak akan mendatangkan
kepuasan."
Perlu kita ketahui bahwa
"Buku adalah gudang ilmu" itu akan kehilangan esensinya. Ketika apa yang
kita baca hanya buku-buku tentang drama cinta-cintaan yang dangkal dan
terkesan kehabisan akal. Hal itu hanya akan mempersulit kita untuk
mencerna buku-buku yang lebih berbobot, bermanfaat dan kaya akan
pengetahuan!
------------------------------------------------------------------------------------
Menulislah dengan jiwa yang tenang.
Menulislah ketika suara tak lagi didengar.
Menulislah disaat sang jiwa merasakan kejanggalan dan keadaan yang tak tentu arah.
Menulislah jika kita masih diberi kesempatan untuk hidup.
Menulislah dengan niat kesatria dan tebarkan banyak manfaat.
Menulislah untuk dunia yang akan kita tinggalkan.
Dengan menulis, manusia baru setelah kita dapat memanifestasikan diri kita dari sebuah tulisan yang dulu kita buat.
Menulis adalah tindakan peninggalan jejak. Bahwa kita pernah ada di dunia.
Dengan menulis sejarah perjalanan hidup, kita tak kan tenggelam dan terlupakan.
Menulislah ketika hati dan pikiran sedang berdamai.
Menulis
adalah mukjizat. Jangan sia-siakan pemberian-Nya. Karena ini adalah
salah satu karunia dari berbagai macam karunia yang sudah pantas untuk
kita manfaatkan dan syukuri.
Maka, menulislah! sebelum ajal menghampiri.
"Bukankah kita merindukan revolusi besar dan perubahan yang benar-benar membuat semesta tersenyum damai"
Bandung, 13 November 2015
-Shoffan Banany-
Menginspirasi, menulis adalah mengeluarkan luapan. Luapan emosi, ide, pencerahan, ilmu, pengetahuan bahkan ketidaktahuan.
BalasHapusMenginspirasi, menulis adalah mengeluarkan luapan. Luapan emosi, ide, pencerahan, ilmu, pengetahuan bahkan ketidaktahuan.
BalasHapusSatuju umi, hehe.. Terima rima kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca.
BalasHapus